Sebuah Opini Perihal Tembakau,
Setiap hari dalam hidup kita,pasti kita menjumpai ada saja orang yang menyisipkan sebatang benda yang berdiameter sepinsil yang disulutdan dihisap. Ya, rokok! Seakan sudah menjadi kebutuhan dasar setiap dewasa.Bermacam alasan jadi latar belakang para penghisap rokok. Ada yang sekedar iseng, sebagai simbol kejantanan, keren sampai perasaan ‘asem’ kalau tidak menghisap barang sebatang rokok.
sumber : pixabay.com |
Sepintas memang tidak ada masalahdengan rokok, tidak perlu dibesar-besarkan, sudah biasa. Awalnya akupun berfikir ibarat itu, namun sesudah membaca buku, menyimak dalam seminar, memahami artikel2 di jurnal dan media massa....barulah saya ‘ngeh’ kalau rokok itu lebih dari sekedar barang yang dibeli, dihisap, terus dibuang. Ia punya informasi kesehatan, ia mempunyai kaitan dengan ekonomi, ia punya hubungan dengan sebuah ideologi. Ya, it’s so big problem.
Semua orang tau kalo di bungkus rokok ada pesan ‘merokok sanggup menjadikan kanker,serangan jantung, impotensi...bla bla bla’. Guys goresan pena itu bukan Cuma formalitas belaka, tapi benar adanya. Sudah ribuan orang di dunia meninggal tiap tahunnya jawaban rokok. Rokok juga telah meracuni anak2 sedari kecil. Perokok muda dan wanita juga trendnya terus meningkat dari tahun ke tahun. Amat memilukan ketika negara kita “terkenal” di seluruh dunia alasannya yakni seorang bayi berjulukan Ardi Rizal, yang menghabiskan 40 batang rokok per hari (alhamdulillah kini sudah berhenti). Ini perkara yang nampak di media , ada banyak lagi anak-anak diluar sana yang alasannya yakni kepolosan mereka merokok tanpa ada rasa khawatir terkena imbas sesudah ia dewasa.
Masalah ini bukan hanya tanggung jawab orang tua, tugas negara dalam menjaga warganya semoga tetap sehat menjadi sangat penting. Kalo “keliaran” produksi dan konsmsi rokok ini terus dibiarkan suatu ketika ada sebuah generasi yang terkena banyak sekali penyakit sebagai jawaban menghisap rokok, mereka tentu harus dibiayai. Jika orang kaya mungkin oleh keluarganya, namun kalau orang miskin? Tentu akan menjadi dilema yang memprihatinkan yang jadinya menghamburkan uang negara alasannya yakni harus menanggung biaya kesehatan dan menggangalkan capaian Indonesia sehat. Dari sudut pandang kesehatan memang sudah tidak diragukan lagi kalau rokok itu berbahaya, namun hal itu terjadi secara akumulatif timbulnya sesudah tahunan atau belasan tahun. Di negara-negara maju, pemerintahnya menciptakan peraturan yang ketat mengenai produksi tembakau. Harga rokok punsangat tinggi, sanggup puluhan dollar dan itupun tidak dijual bebas, hanya di kawasan tempat tertentu saja. Pemerintah disana sudah mempunyai kesadaran yang tinggi bahwa investasi kemajuan negaranya salah satunya yakni kesehatan dan rokok yang tidk terkendali sanggup mengancam pembangunan negara mereka. Mereka menciptakan dan menerapkan kerangka kerja pengendalian tembakau yang dinamakan FCTC (Framework Convention of Tobacco Control). Sayangnya negara kita tercinta tidak menerapkan ini meskipun berperan besar dalam pembuatannya. Bahkan, Indonesia dicibir oleh Sekjen PBB (kalo tidak salah) mengenai hal ini dalam sebuah lembaga kesehatan dunia yaitu WCOTCOH. Teman saya termasuk salah satu yang hadir disana dan ya, beliau pun “malu” negaranya termasuk negara yang belum juga meratifikasi FCTC.
Well upaya pengendalian tembakau di Indonesia tidak semulus di negara-negara maju sana, banyak pihak yang kontra. Diantaranya mereka yang mengatasnamakan himpunan petani tembakau.... sepintas memang kita akan berfikir. Kalau rokok dikendalikan produksinyaa otomatis akan menurunkan pendapatan para petani dan pekerja pabrik rokok dan tentu mereka tidak mau. Nah... di sinilahbanyak perdebatan ... bahkan sempat dijadikan judul dlam seminar yang kebtulan diketuai saya .hehehe ... Tembakau, ekonomi vs kesehatan....(bersambung)
0 Response to "Sebuah Opini Perihal Tembakau,"
Post a Comment